
Karena dianggap hampir mencelakakan raja, abu nawas ditangkap oleh pasukan kerajaan. Dan ia pun harus mendekam di penjara. Sementara
itu, ladang nya sebentar lagi harus segera ditanami. Namun, para tetangganya
tidak mau membantu isteri nya karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Namun setelah berpikir agak lama, timbulah akal abu nawas. Ia menulis surat
kepada isterinya. Ia mengatakan kepada prajurit bahwa ada rahasia penting dalam
surat tersebut dan hanya istrinya yang boleh tahu.
Karena curiga, prajurit itu melaporkan hal tersebut
kepada raja. Karena raja begitu penasaran dengan surat itu, maka baginda
memerintahkan untuk membuka surat itu. Isi dari surat itu adalah : “istriku,
jangan kau gali ladang kita. karena aku menyembunyikan harta karun dan senjata
di situ. Tolong jangan cerita pada siapapun!” . melihat isi surat abu nawas
yang seperti itu, baginda raja langsung memerintahkan prajuritnya untuk menggali seluruh ladang abu nawas.
Istri abu nawas heran kenapa prajurit-prajurit itu
menggali ladang nya. “ mungkinkah abu nawas yang menyuruh mereka ?” pikir sang
istri. Lima hari kemudian, abu nawas menerima balasan surat dari isteri nya
yang mengatakan : “Mungkin surat mu dibaca sebelum di serahkan kepadaku. Karena
beberapa pekerja menggali ladang kita. sekarang apa yang harus ku lakukan?”.
Ternyata sang istri belum mengerti tipu muslihat dari suami nya. Tapi dengan
bijak, abu nawas membalas surat isterinya : “ Sekarang kau bisa menanam di
ladang tanpa harus menggali”.
Tak berapa lama, baginda mengetahui apa sebenarnya maksud
dari surat yang di kirimkan tersebut. Sehingga baginda pun marah atas ulah abu
nawas tersebut, karena ia telah mempermainkan nya. Lalu baginda memerintahkan
prajuritnya untuk segera memberikan hukuman pancung kepada abu nawas. Abu nawas
pun langsung dibawa ke lapangan untuk di hukum pancung. Tapi abu nawas tentang
ceria dan gembira walaupun ia akan di hukum pancung. Melihat tingkah abu nawas
itu pun baginda menjadi heran.
“
hai abu nawas, kenapa kau masih riang gembira menjelang kematian mu”, tanya
baginda.
“iya
baginda, hamba senang karena tepat 3 hari setelah kematian hamba, baginda pun
akan menyusul hamba”, jawab abu nawas.
Mendengar perkataan abu nawas,
baginda akhirnya membatalkan hukuman pancung itu dan abu nawas kembali
dijebloskan ke penjara. Kali ini abu nawas selalu mendapat makanan enak dari
baginda. Karena baginda takut kalau abu nawas meninggal dan 3 hari selanjutnya
dirinya akan meninggal. Tapi setelah berkonsultasi dengan seorang kiyai,
baginda menjadi marah kepada abu nawas. Karena kyai itu berkata bahwa
sesungguhnya kematian itu tidak ada seorang pun yang tahu kapan datangnya,
hanya allah lah yang tahu. Baginda menjadi marah karena ia telah 2 kali di tipu
oleh abu nawas tersebut.
Karena baginda sadar kalau abu nawas mempunyai banyak
tipu muslihat dan akal cerdinya, baginda pun ingin mengetes seberapa cerdik kah
abu nawas itu. Sehingga kali ini baginda memberikan hukuman berbeda kepada abu
nawas.
“abu nawas, kali ini aku
akan memberikan hukuman kepada mu dengan memberi tugas kepadamu” seru baginda
“apa yang bisa hamba lakukan
wahai baginda” tanya abu nawas.
“abu nawas, aku punya sebuah
plat besi yang sedikit terbelah. Aku mau engkau menjahitnya untuk ku, kalau kau
tidak bisa aku akan memenjarakan mu seumur hidup.” Perintah baginda.
Abu nawas berpikir sejenak, bagaimana bisa ia menjahit
sebuah plat besi dengan benang. Ia berpikir agak lama. Dan akhirnya ia
menemukan cara untuk menghindari hukuman ini.
Abu nawas : “ tapi
baginda, hamba tidak punya cukup uang untuk mencari barang-barang yang hamba
butuhkan untuk menjahit plat besi ini”
Baginda : “tenang abu
nawas, aku akan mencarikankan semua barang-barang yang kamu butuhkan, katakan
lah apa yang kamu butuhkan ?”
Abu nawas: “ terima kasih
baginda. Hamba pikir karena plat besi ini terbuat dari besi, maka benang nya
pun harus terbuat dari besi. Maukah baginda mencarikan nya untuk hamba”
Baginda pun tertawa terbahak-bahak
mendengar pembelaan abu nawas.
Baginda : “kamu memang
cerdik abu nawas, dan kamu juga lucu. mana mungkin ada benang yang terbuat dari
besi. Mulai sekarang kamu jangan segan-segan untuk datang ke istanaku”
Abu
Nawas : “siap baginda”