Aku ingin terbang

Minggu, 03 Maret 2013

Ilusi
Suatu hari, tersebar berita yg menggemparkan. Yakni berita tentang Abu Nawas yg ingin terbang. Banyak orang yg ingin tahu kepastian kabar itu hingga mereka menanyakan langsung kebenarannya kepada Abu Nawas.
“Betul saudara-2, saya mw terbang,” jawab Abu Nawas dng santai.
Ada lagi yh masih blm percaya. Lantas bertanya langsung : “Apakah tuan sdh mengetahui bahwa banyak org dari masyarakat kota dan pedesaan telah mengetahui berita kalo Anda mw terbang,?”
“Saya tdk tw persis tersebarnya kabar itu, tp mmg saya mw terbang.”
Semua org yg datang untk mencari berita itu mendapat jawaban yg sama. Berita ini benar-2 tlah tersebar kepenjuru negri tak terkecuali terdengar jg oleh Baginda raja. Raja begitu kaget dan sedikit panik. Sebab berita itu telah menimbulkan kehebohan diseluruh penjuru negri. Bnyak yg bertengkar dan berdebat ttg kebenaran berita itu. Ada yg percaya dan banyak puka yg tdk mempercayainya.
Akhirnya Rajapun memanggil Adu Nawas untuk menghadap. “Abu Nawas, betulkah ente mw terbang?” tanya Raja. “Betul, Baginda. Saya mw terbang.”
“Kapan dan dimana?” sahut Raja. “Hari Jum’at yg akan datang, di Menara Masjid Baitussalam, Baginda.”
Kabar dipanggilnya Abu Nawas oleh Raja rupanya diketahui bnyk orang, termasuk ancaman hukum gantung bila smpai membohongi masyarakat. Diantara mereka ada yg kagum, ada juga yg deg-2an apabila Abu Nawas ternyata hanya bohong. Sebagian lagi ada juga yg mengabaikan berita itu. Mereka berkata bahwa sebentar lagi pasti Abu Nawas akan digantung karna ulahnya sendiri. Pro kontra akibat ulah Abu Nawas ini membuat masyarakat tidak henti-2nya membahas soal itu. Seakan-2 tidak ada berita lain yg menarik selain itu.
Hari Jum’at telah tiba. Masyarakat berbondong-2 menuju halaman masjid, tempat dimana Abu Nawas dikabarkan mw terbang. Tidak jauh dari pelataran masjid, peralatan untuk melaksanakan hukuman gantung telah dipersiapkan. Dan telah diumumkan sebelunya bahwa sidang pengadilan siap memutuskan hukuman apabila Abu Nawas berbohong, yaitu 100 cambukan rotan, ato langsung hukuman gantung.
Khalayak terpana begitu melihat kemunculan Abu Nawas yg sedang melangkah dng tenang menuju masjid. Tanpa ragu-2, ia menaiki menara masjid itu. Orang-2 pun bertanya: “Benarkah Abu Nawas mw terbang?Betapa luarbiasanya dia”.
“Silahkan terbang Abu Nawas,! Meski terbang, kau akan tetap mampus karna jatuh. Dan bila tidak jadi terbang, kau akan mampus ditiang gantungan,” ujar sebagian lainnya.
Setelah Abu Nawas sampai puncak menara, suasana menjadi tegang. Mereka merasa akan menyaksikan suatu kejadian yg mencekam dan mengagumkan. Suasana lengang, semua mata terarah hanya pada satu tujuan. Sementara diatas menara, Abu Nawas berdiri dan mulai beraksi. Ia menggerak-2an tangannya seolah-2 akan terbang. Berulang kali merentangkan tangannya seperti burung serta mengibas-2kannya. Namun tetap saja Abu Nawas tdk bisa terbang. Dan orang-2 yg menyaksikan jantungnya mulai berdegup kencang.
Di Pelataran Masjid, nampak hakim sdh memutuskan hukuman. Ia terus membolak-balik kitab Undang-2nya. Kiranya hukuman apa yg pantas untuk Abu Nawas agar kejadian ini tdk terulang kembali.
Orang-2 semakin bingung melihat Abu Nawas selesai beraksi dan turun dari menara. Banyak yg mengira Abu Nawas mungkin sdh gila.
“Apakah kalian tadi lihat bahwa saya mw terbang,?”ujar Abu Nawas.
“Iya, kamu menggerak-2an tanganmu seolah ingin terbang,”jawab banyak orang.
“Lalu apakah saya berbohong bahwa saya mw terbang dari menara Masjid Baitussalam,?”tanyanya.
Orang-2 mulai sadar bahwa ini adalah ulah kecerdasan Abu Nawas. Akhirnya mereka menjawab: “Benar, Abu Nawas. Kamu mmg mw terbang.”
“Nah, bagaimana? Saya kan tdk bilang bs terbang, ttpi saya mw terbang, tp tdk bs terbang.”
Mata-2 mereka saling bertatapan sembari bergumam: “Dasar si Jambul, ada saja ulahnya.”
Tapi mmg tdk bs di bantah. Ia mmg mw terbang, jadi bagaimana menghukumnya? Hakimpun menjadi tak berdaya.
“Bagaimana saya akan menjeratnya dng hukuman. Dia mmg tdk berbohong,” ucap hakim pasrah.
Sesampainya di kerajaan, sang hakim pun menceritakan kejadian itu pada Raja. Sang Raja malah tertawa terbahak-2.
“Aku sudah menduga, si Jambul itu pasti ada saja ulahnya. Sudah berulang kali aku dibuatnya tertawa oleh kecerdikannya :-D .”
Sang Raja masih tertawa terbahak-2. Sementara sang hakim hanya diam dan wajahnya nampak kesal :mrgreen:
Share this article :