
Siapa yang tidak kenal Abu Nawas, pribadi yang dikisahkan cerdik dan
konyol di beberapa versi bacaan itu, ternyata pernah mengalami peristiwa
spiritual yang mengubah segalanya.
Abu Nawas memiliki nama asli
Abu Hani Muhammad bin Hakami, lahir di Kota Ahwaz Persia pada tahun 735.
Abu Nawas merupakan sastrawan terbesar pada era Sultan Harun al Rasyid
al Abassi, khalifah Dinasti Abasiyah tahun 786-809.
Semasa
hidupnya, Abu Nawas terkenal pintar mengubah sajak-sajak bercorak
lelucon atau candaan. Tidak hanya itu, Abu Nawas juga piawai merangkai
syair cinta untuk merayu wanita, memberikan pujian terhadap seseorang,
dan sindiran yang tajam. Bahkan ketika sedang mabuk berat, Abu Nawas
sangat lihai membuat puisi yang mengagungkan minuman keras.
Pribadinya
yang urakan, bandel, tidak bermoral, dan tidak taat pada perintah
agama, menjadikan Abu Nawas diasingkan dari kalangan agamawan dan kaum
beradab lainnya. Hal itu dilakukan sampai pada suatu malam ganjil atau
malam Qadar di bulan Ramadan.
Ketika masuk Ramadan di usianya
yang tidak lagi muda, Abu Nawas seperti biasa minum-minuman keras. Dalam
kondisi teler itu tiba-tiba Abu Nawas didatangi seseorang yang tidak
dikenalnya. Tanpa banyak bicara, seseorang itu langsung bertanya kepada
Abu Nawas "Wahai Abu Hani, jika engkau tak mampu menjadi garam yang
melezatkan hidangan, janganlah engkau menjadi lalat yang menjijikkan,
yang merusak hidangan itu".
Mendengar perkataan itu, Abu Nawas
terhentak dan tersadar akan segala tingkah lakunya selama ini. Dia
merasa hidupnya kelam dan dalam kubangan hitam dosa. Bahkan Abu Nawas
langsung mengibaratkan dirinya jauh lebih hina dari lalat. Kesadaran
akan arti hidup yang tidak memberikan manfaat bagi orang lain itu,
menuntun Abu Nawas untuk mengakhiri kebiasaan lamanya.
Sejak
perisiwa malam itu, Abu Nawas mengganti syair-syairnya dengan zikir dan
perkataan baik. Dia mengubah segala kebiasaan buruknya menghabiskan
malam di bar dengan ke Masjid. Abu Nawas meninggal dunia di Baghdad pada
tahun 810.
Berbagai sumber.