Segala puji bagi Allah yang menganugerahi hidayah kepada kita berupa
iman dan Islam, yang memberikan kenikmatan kepada kita dengan suka
bersholawat salam kepada baginda Rosul sebaik - baik manusia, beliaulah
yang kita mintai syafa’at dan beliau pula yang mensyafa’ati
Saya bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan
hanya Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi sesungguhnya
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, shalawat salam atas beliau,
keluarga dan para sahabatnya.
Tulisan ini adalah sebagian dan sejarah perjalanan hidup seorang Imam
yang alim dan amil, seorang wali Allah yang besar dan sempurna yang
ma’rifat kepada Allah, yang muhaqqik dan wasil kepada-Nya, seorang tokoh
terkemuka pada zamannya, yang berbeda pada masanya, Sayid Abu Abdillah
Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli rodliyallah ‘anhu yang mengarang kitab
dalailul Khoirot
Nasab
Adapun nasabnya adalah Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman bin
Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya’la bin Yakhluf bin Musa
bin ‘Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin
Muhammad bin Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja’far bin Abdulloh bin
Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Tholib Karramallahu Wajhah.
Kelahiran
Beliau dilahirkan di Jazulah yaitu di sebuah kabilah dari Barbar di
pantai negeri Maghrib {Maroko} Afrika. Beliau belajar di Fas yaitu
sebuah kota yang cukup ramai yang terletak tidak terlalu jauh dan tidak
terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan Mesir kira-kira 36
derajat 17 daqiqoh atau sekitar 4.064 km. Dikota Fas beliau belajar
hingga menjadi sangat banyak menguasai ilmu yang bermacam-macam sehingga
namanya tersohor, kemudian beliau mengarang kitab “Dalail al Khoirat”.
Sejarah Menjelang Mengarang Kitab Dalailul Khoirot
Adapun sebab musabah beliau mengarang kitab Dalailul Khoirot adalah
karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa bertepatan dengan
waktu (habisnya) sholat dhuhur; tetapi beliau tidak menjumpai seorangpun
yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudlu.
Akhirnya beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya, maka
beliau berputar-putar di sekitar sumur itu dalam keadaan bingung karena
tidak ada alat untuk menimba air. Tetapi kemudian beliau dilihat oleh
seorang anak perempuan kecil yang berusiya sekitar tujuh tahun. Anak itu
bertanya kepada Sayid Muhammad al-Jazuli,
“Ya Syekh, mengapa anda nampak bingung berputar-putar disekitar sumur Syekh menjawab,”Saya Muhammad bin sulaiman”.
Anak itu bertanya lagi, “Apa yang hendak tuan kerjakan ?“.
Syekh menjawab, “Waktu sholat dhuhurku sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu”.
Anak kecil itu bertanya, apakah dengan namamu yang sudah terkenal ia
tidak bisa (hanya sekedar) mendapatkan air wudlu dan dalam sumur?
Tunggulah sebentar!“
Kemudian anak kecil itu mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali,
tiba-tiba airnya mengalir dan memancarkan di sekitar sumur seperti
sungai besar.
Kemudian anak kecil itu pulang kerumahnya, dan Syekh Muhammad Al-Jazuli pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat dluhur.
Setelah itu Syekh Muhammad bergegas mendatangi anak perempuan kecil
itu, sesampainya di sana beliau mengetuk pintu. Anak kecil itu berkata,
“Siapa itu ?“, maka syekh menjawab, “Wahai anak perempuanku, saya
bertanya kepadamu, demi Allah dan kemahaagungan-Nya yang menciptakan
kamu dan menunjukan kepadamu terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi
dan Rasulmu yang diharap-harapkan syafaatnya, saya harap engkau mau
menemuiku, saya hendak menanyakan tentang satu hal”.
Ketika anak itu menemui beliau, Syekh Muhammad Al-Jazuli bersumpah, “Aku
bersumpah kepadamu demi kemahaagungan Allah, demi kemahakuasaan-Nya,
demi kemahamemberi-Nya, demi kemahasempurnaan-Nya dan demi Nabi Muhammad
yang sholawat salam atas beliau, para shahabat, isteri dan putra-putra
beliau, demi risalah beliau dan demi syafaat beliau, aku mohon kamu mau
menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan martabat yang
tinggi {sehingga dapat mengeluarkan air dan sumur tanpa menimba} ?“.
Anak perempuan kecil itu menjawab, : “Kalaulah tidak karena sumpahmu itu
wahai Syekh, tentulah aku tidak mau menceritakannya. Saya mendapatkan
keistimewaan yang demikian itu karena membaca sholawat kepada Nabi
Muhammad Saw.” Setelah peristiwa itu kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli
radliallahu anhu mengarang kitab “Dalail al Khairat” di kota Fas. Dan
sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu ia mendapat ilham untuk
pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas kedesa
beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu
bertemu Syekh Abu Abdilah Muhammad bin Abdullah Al-Shaghir seorang
penduduk dipinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya.
Kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli melaksanakan kholwat untuk beribadah
selama 14 tahun dan kemudian keluar dan kholwatnya untuk mengabdikan din
dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalait al Khoirot”
pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 82 H. delapan tahun sebelum hari
wafatnya.
Adapun Thoriqoh beliau disandarkan pada Syekh Syadzili yang belajar dan
Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Mudhor Al-Munithi dan Sayid Abu
Utsman Sa’id Al-Hartanai dan Sayid Abi Zaid Abdurrahman Al-Rajnaji dan
Sayid Abul Fadhil Al-Hindi dan Syekh Ihus Uwais Zamanihi dan Sayid Abu
Abdilah Al-Maghribi seorang pengembara yang dimakamkan di Damnaliur
AlBukhairoh dan pengikut para orang sholih dan kelompok Thoriholnya
muslikin dan seagung-agungnya orang-orang ma’nifat dan Imamnya para
wasil, Abul Aqthob yang diperlihatkan oleh Allah terhadap semua
pengikutnya sebagai penerus barisan para keturunan Al Hasyimiyyah dan
keturunan Nabi, Sayid Abul Hasan ‘Ali Al-Syadzali radtiyallahu ‘anhu
yang dilahirkan pada tahun 595 H. dan wafat pada tahun 656 H
Dinegerinya sebelum beliau merealisasikanSepuluh hal sebagaimana beliau
berkata: “Masih ada sepuluh tahun untukmu”, dan beliau mewariskan banyak
teman. Adapun murid-murid beliau banyak sekali, diantaranya adalah
Syekh Abu Abdillah Muhammad Al-Shoghir Al-Sahli dimana beliau adalah
yang tertua dan sahabatnya yang lain, yang menemaninya dalam
meriwayatkan Dalail. Kemudian Syekh Abu Muhammad Abdul Karim Al-Mandari
dan juga Syekh Abdul ‘Aziz Ab-Tiba’ dan beliaulah Sayid dan Gum Sanadku
(Mu’aUif dintana Guru saya Sayid Ahmad Musa Al-Samlali berguru kepadanya
dan kemudian Sayid Ahmad bin Abbas A1-Shom’i berguru kepadanya dan
kemudian Sayid Mufri Abdul Qodir Al-Fasi belajar kepadanya dan kemudian
Sayid Ahmad bin Al-Haj belajar kepadanya kemudian Sayid Muhammad bin
Ahmad bin Ahmad bin Al-Matsani belajar kepadanya dan kemudian Sayid
Muhammad bin Abmad A1-Mudghiri belajar kepadanya dan kemudian Sayid All
bin Yusuf Al-Hariri Al-Madanibelajar kepadanya dan kemudian Sayid
Muhammad Amin Al-Madani belajar kepadanya dan kemudian Al-Quthbu Al-Rais
Sayid Muhammad Idris belajar kepadanya dan kemudian Al Quthbu Al-Rasyid
Sayid Abdul Mu’id radliyallahu ‘anhurn dan santrinya yang dijuluki
dengan Muhammad Ma’ruf yang belajar kepadanya.
Syekh Muhammad Al-Jazuli Mendidik
Syekh Muhammad Al-Jazuli pada mulanya mulai mendidik para muridin
dipinggiran Asafi di mana banyak sekali orang yang sadar dan bertaubat
atas bimbingannya. Dzikirnya begitu terkenal, tersebar dan diamaikan
orang-orang diberbagai negeri dan nampaklah keistimewaan yang besar dan
keramat-keramatnya. Syekh Muhammad Al-Jazuli senantiasa berpegang teguh
terhadap hukum-hukum Allah SWT dengan melaksanakan ajaran A1-Qur’an dan
Sunnah rosul shallalluhu ‘alaihi wassalani. Kemudian beliau pindah dan
Asafi kesuatu tempat yang terkenal dengan afrigal. Kemudian beliau
membangun masjid dan menetap ditempat itu untuk tetap mendidik dan
membimbing para muridin ke jalan yang benar sesuai petunjuk Allah.
Jelaslah cahaya keberkahan beliau, nampaklah tanda-tanda kerahasiaannya
dan para faqir dan orang-orang yang tekun membaca dan dzikir kepada
Allah dan membaca sholawat Nabi semakin banyak Dzikir-dzikir beliau
dikenal disegenap penjuru dan pam pengikutnya pun tersebar disetiap
bagian negeri sehingga menjadi semarak dan hiduplah negeri Maghribi.
Syekh Muhammad Al-Jazuli memperbaharui Thoriqot di Maghribi setelah
pengaruh-pengaruh dari pengajarannya. Syekh Muhammad Al-Jazuli
benar-benar seorang yang mencurahkan waktunya untuk menolong dan
memberikan manfa’at kepada ummat Beliau juga mengutus para sahabatnya
keberbagai negeri untuk menda’wahkan hukum Allah dan mendorong mereka ke
jalan Allah.
Banyak sekali orang mengikuti dan mengamalkan Thoriqotnya. Mereka juga
banyak yang datang langsung kepada Syekh Muhammad A1-Jazuli untuk
bertaqurrub dan mencari ridho Allah. Junilali dan pengikut itu mencapai
12665 orang dimana kesemuanya itu bisa mendapatkan fadhilah menurut
kadar martabat dan kedekatan mereka dengan Syekh Muhammad Al-Jazuli.
Wafatnya Syekh Muhammad Al Jazuli
Beliau wafat waktu melaksanakan sholat subuh pada sujud yang pertama
(atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul
Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu sholat dhuhur pada hari itu
juga di tengah masjid yang beliau bangun.
Sebagian dan keramatnya adalah setelah 77 tahun dan wafat beliau, makam
beliau dipindahkan Maralisy, dan ternyata ketika jenazah beliau
dikeluarkan dan kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika
beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan
jelas seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Markasy
sering diziarahi oleh banyak orang.
Sebagian besar dan peziarah itu membaca Dalil al Khairat disana,
sehingga dijumpai di makam itu bau minyak misik yang amat harum karena
begitu banyak di bacakan sholawat salam kepada nabi muhamad, para
sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian
dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari
berbagai penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan
kitab beliau yaitu dalail al khoirot.
Akhirnya beliau mendapat perdikat sebagai seutama-utamanya orang yang
bersama Rosul SAW kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk membaca
Sholawat, sebagai mana Rosululloh SAW bersabda, “Seutama utama manusia
bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca
Sholawat untukku”
Syekh al-Khafidh Abu Na’im berkata, “ Sejarah besar tentang Syeh Muhamad
Al-Jazuli ini benar-benar sesuai dengan hadist dan fatwa para sahabat
tentang membaca sholawat kepada Nabi ni saya telah menuqilnya meskipun
banyak para ulama’ yang mengetahuinya secara pasti, sebagai mana
disabdakan Nabi, “Sedekat-dekatnya orang yang lebih berhak mendapat
syafa’atku pada hari kiamat besok adalah orang yang paling banyak
membaca sholawat pada waktu ia masih di dunia”
Segala puji bagi Alloh tanpa batas, Sholawat salam atas Rosululloh SAW para sahabat dan keluarganya. Amien....sumber :